Posted by : Kira's Blog
Senin, 21 Maret 2011
Sebagian orang menganggap jerawat sepele dan tak berbahaya. Sadarkah Anda, jerawat memengaruhi kejiwaan seseorang. Remaja berjerawat kerap merasa rendah diri juga depresi.
Meskipun belum membuktikan benar-benar menyebabkan masalah emosional, analisis terhadap 16 studi menunjukkan hal itu. Jerawat pada remaja memiliki dampak lebih besar dari sekadar meningkatkan penjualan obat jerawat.
"Jerawat memiliki dampak besar pada kehidupan masyarakat," ungkap penulis kajian Steven R. Feldman, profesor dermatologi Wake Forest University School of Medicine.
Dia meneruskan, "Ini sesuatu yang layak diobati, dan bukan hanya karena dapat menimbulkan jaringan parut permanen". Yang menderita psoriasis, misalnya. Mungkin mengalami masalah dengan penyakit jantung, arthritis, dan mental.
Jerawat, tentu saja, telah lama dikenal sebagai momok remaja, meskipun memang kadang menyerang orang tua. Feldman dan kolega mengkaji kemungkinan efek jerawat terhadap kualitas hidup dan kesehatan mental pada remaja. Kajian diterbitkan Dermatology Online Journal.
Secara keseluruhan, studi menyebutkan jerawat memengaruhi kualitas hidup, harga diri, dan suasana hati kaum remaja. Jerawat juga terkait dengan tingginya tingkat kecemasan, depresi dan pikiran bunuh diri.
Secara khusus satu studi menemukan 9 persen dari remaja yang berjerawat menunjukkan tanda-tanda depresi, dengan tingkatan tiga sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan masyarakat umum.
Tetapi untuk menyimpulkan bahwa jerawat dan depresi memiliki hubungan sebab-akibat, sepertinya belum bisa dilakukan. Studi-studi tidak membuktikan jerawat yang langsung menyebabkan masalah kejiwaan ini, dan bila berpikir sebaliknya juga tidak mungkin.
"Untuk menyimpulkannya memang rumit, dan kami juga tidak mengantisipasi bahwa depresi menyebabkan jerawat," kata Feldman.
Kabar baiknya sebagian besar jerawat dapat diobati, terutama dalam kasus-kasus yang parah. Obat bernama Accutane (isotretinoin) tetap dipasarkan, meskipun memiliki reputasi menimbulkan efek samping yang serius, termasuk depresi, jika tidak diawasi dengan benar. Karena memiliki hubungan dengan cacat lahir, obat ini juga sangat berbahaya bagi wanita hamil.
Mereka dengan kondisi jerawat yang tidak terlalu parah, atau mereka yang tidak mau menggunakan obat, akan menghadapi dilema besar. Dalam kasus tersebut, mereka ini tidak menyembuhkan, tapi merawatnya. Ada berbagai perawatan jerawat selain pil, termasuk suntikan yang mengurangi inflamasi dan krim yang dijual bebas.
Yang harus dilakukan? Feldman menyarankan penderita jerawat untuk pergi ke dokter untuk mendapatkan perawatan, bisa dokter perawatan primer atau dokter kulit, sebelum muncul jaringan parut atau dampak psikologis.
Meskipun belum membuktikan benar-benar menyebabkan masalah emosional, analisis terhadap 16 studi menunjukkan hal itu. Jerawat pada remaja memiliki dampak lebih besar dari sekadar meningkatkan penjualan obat jerawat.
"Jerawat memiliki dampak besar pada kehidupan masyarakat," ungkap penulis kajian Steven R. Feldman, profesor dermatologi Wake Forest University School of Medicine.
Dia meneruskan, "Ini sesuatu yang layak diobati, dan bukan hanya karena dapat menimbulkan jaringan parut permanen". Yang menderita psoriasis, misalnya. Mungkin mengalami masalah dengan penyakit jantung, arthritis, dan mental.
Jerawat, tentu saja, telah lama dikenal sebagai momok remaja, meskipun memang kadang menyerang orang tua. Feldman dan kolega mengkaji kemungkinan efek jerawat terhadap kualitas hidup dan kesehatan mental pada remaja. Kajian diterbitkan Dermatology Online Journal.
Secara keseluruhan, studi menyebutkan jerawat memengaruhi kualitas hidup, harga diri, dan suasana hati kaum remaja. Jerawat juga terkait dengan tingginya tingkat kecemasan, depresi dan pikiran bunuh diri.
Secara khusus satu studi menemukan 9 persen dari remaja yang berjerawat menunjukkan tanda-tanda depresi, dengan tingkatan tiga sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan masyarakat umum.
Tetapi untuk menyimpulkan bahwa jerawat dan depresi memiliki hubungan sebab-akibat, sepertinya belum bisa dilakukan. Studi-studi tidak membuktikan jerawat yang langsung menyebabkan masalah kejiwaan ini, dan bila berpikir sebaliknya juga tidak mungkin.
"Untuk menyimpulkannya memang rumit, dan kami juga tidak mengantisipasi bahwa depresi menyebabkan jerawat," kata Feldman.
Kabar baiknya sebagian besar jerawat dapat diobati, terutama dalam kasus-kasus yang parah. Obat bernama Accutane (isotretinoin) tetap dipasarkan, meskipun memiliki reputasi menimbulkan efek samping yang serius, termasuk depresi, jika tidak diawasi dengan benar. Karena memiliki hubungan dengan cacat lahir, obat ini juga sangat berbahaya bagi wanita hamil.
Mereka dengan kondisi jerawat yang tidak terlalu parah, atau mereka yang tidak mau menggunakan obat, akan menghadapi dilema besar. Dalam kasus tersebut, mereka ini tidak menyembuhkan, tapi merawatnya. Ada berbagai perawatan jerawat selain pil, termasuk suntikan yang mengurangi inflamasi dan krim yang dijual bebas.
Yang harus dilakukan? Feldman menyarankan penderita jerawat untuk pergi ke dokter untuk mendapatkan perawatan, bisa dokter perawatan primer atau dokter kulit, sebelum muncul jaringan parut atau dampak psikologis.