Posted by : Kira's Blog
Minggu, 01 Mei 2011
Tidak sedikit beranggapan dengan mengonsumsi suplemen makanan seperti antioksidan dan beta karoten menyehatkan tubuh. Tapi mesti berhati-hati jika Anda pasien kanker. Mengapa?
Belum lama ini penelitian diungkap Aru Sudoyo pada penyerahan bantuan dari Jakarta Run Against Cancer Everyone (RACE) untuk Yayasan Kanker Indonesia (YKI), di Hotel Four Seasons Jakarta.
Belum lama ini penelitian diungkap Aru Sudoyo pada penyerahan bantuan dari Jakarta Run Against Cancer Everyone (RACE) untuk Yayasan Kanker Indonesia (YKI), di Hotel Four Seasons Jakarta.
Yang bermanfaat bagi orang sehat, seperti suplemen antioksidan, bisa saja memberikan efek negatif ketika dikonsumsi bersama dengan obat-obat kemoterapi pada pasien kanker.
"Suplemen antioksidan bisa bikin badan makin sehat. Tapi kalau diminum bersama-sama dengan obat kemoterapi, sel-sel kankernya jadi ikut sehat. Ini yang berbahaya karena target kemo adalah membunuh sel kanker," kata dr. Aru.
"Suplemen antioksidan bisa bikin badan makin sehat. Tapi kalau diminum bersama-sama dengan obat kemoterapi, sel-sel kankernya jadi ikut sehat. Ini yang berbahaya karena target kemo adalah membunuh sel kanker," kata dr. Aru.
Meski dalam kondisi sehat antioksidan bisa melawan radikal bebas pemicu kanker, Aru tak menganjurkan suplemen diberikan bersama obat-obat kanker. Demikian juga pada perokok, suplemen antioksidan justru bisa menginduksi atau memicu pertumbuhan sel kanker.
Mengenai terapi alternatif untuk kanker sendiri, hal itu tak dianjurkan karena istilah terapi alternatif berarti menghilangkan terapi utama yakni dengan obat-obatan modern lalu menggantinya dengan jenis terapi lain yang belum terbukti efektivitas dan keamanannya.
“Saya lebih setuju jika terapi alternatif yang umumnya menggunakan herbal itu diposisikan sebagai terapi komplementer, yakni pelengkap terapi utamanya. Itupun tidak boleh sembarangan, karena harus tetap dikonsultasikan dengan dokter untuk mengantisipasi kemungkinan interaksi dengan obat,” ujar Aru.
Mengenai terapi alternatif untuk kanker sendiri, hal itu tak dianjurkan karena istilah terapi alternatif berarti menghilangkan terapi utama yakni dengan obat-obatan modern lalu menggantinya dengan jenis terapi lain yang belum terbukti efektivitas dan keamanannya.
“Saya lebih setuju jika terapi alternatif yang umumnya menggunakan herbal itu diposisikan sebagai terapi komplementer, yakni pelengkap terapi utamanya. Itupun tidak boleh sembarangan, karena harus tetap dikonsultasikan dengan dokter untuk mengantisipasi kemungkinan interaksi dengan obat,” ujar Aru.
Aru tak memungkiri kenyataan meskipun ada pasien yang sembuh dari kanker hanya dengan konsumsi herbal, terapi utama sebaiknya jangan dihilangkan sama sekali.
“Memang benar ada yang sembuh, bahkan yang tidak diobati sama sekali juga ada yang sembuh sendiri tapi persentasenya tentu sangat kecil," tandasnya.
Terkait multivitamin dapat mencegah kanker, dalam sebuah studi terbaru yang melibatkan lebih dari 180.000 orang, para ilmuwan melihat jumlah kematian yang sama akibat kanker dan serangan jantung di antara mereka yang minum multivitamin dan yang tidak.
Beberapa studi sebelumnya telah menunjukkan tidak adanya hubungan antara multivitamin dengan penurunan risiko kanker atau penyakit jantung. Riset lainnya juga tidak membuktikan multivitamin dapat melindungi terhadap diabetes.
Kesimpulannya, multivitamin sepertinya tidak dapat melindungi penggunanya dari serangan kanker secara umum, atau kanker paru, usus besar, rektum, prostat atau kanker payudara.